Rabu, 13 April 2016

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI INDONESIA



Berdasarkan Tinjauan Makro Sektoral, Indonesia dapat di golongkan menjadi negera Agraris, hal ini dapat dilihat dari hasil sensus pertanian bps sebagai berikut
Jumlah Usaha Pertanian Subsektor Tanaman Pangan Hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 diperoleh jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor tanaman pangan di Indonesia sebesar 17 728 185 rumah tangga. Dibandingkan tahun 2003 jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 979 867 rumah tangga, perusahaan pertanian berbadan hukum di subsektor pertanian tanaman pangan sebesar 112 perusahaan, dibandingkan tahun 2003 mengalami kenaikan sebanyak 25 perusahaan, dan usaha lainnya pada subsektor pertanian tanaman pangan sebesar 1 328 usaha.

Pendapatan Petani
Hasil ST2013 di Indonesia banyaknya rumah tangga pertanian yang mempunyai sumber pendapatan utama dari usaha tanaman padi dan palawija ada sebanyak 8 606 316 rumah tangga, hortikultura 1 254 599 rumah tangga, perkebunan 4 721 105 rumah tangga, peternakan 960 773 rumah tangga, perikanan 670 279 rumah tangga, kehutanan 256 363 rumah tangga, dan jasa pertanian 84 280 rumah tangga.
Pada usaha padi dan palawija, jumlah rumah tangga di Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang paling banyak dibandingkan provinsi lainnya, yaitu sebesar 1 917 572 rumah tangga.

Jumlah Usaha Pertanian Subsektor Hortikultura Hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 diperoleh jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor hortikultura di Indonesia sebesar 10 602 147 rumah tangga. Dibandingkan tahun 2003 jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 6 335 470 rumah tangga, perusahaan pertanian berbadan hukum di subsektor pertanian tanaman pangan sebesar 191 perusahaan, dibandingkan tahun 2003 mengalami penurunan sebanyak 34 perusahaan, dan usaha pertanian lainnya pada subsektor pertanian hortikultura sebesar 1 464 unit.

Jumlah Usaha Pertanian Subsektor Perkebunan Hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 diperoleh jumlah rumah tangga usaha pertanian subsektor perkebunan di Indonesia sebesar 12 770 090 rumah tangga. Dibandingkan tahun 2003 jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 1 358 449 rumah tangga, perusahaan pertanian berbadan hukum di subsektor perkebunan sebesar 2 216 perusahaan, dibandingkan tahun 2003 mengalami kenaikan sebanyak 354 perusahaan, dan usaha pertanian lainnya pada subsektor perkebunan sebesar 1 461 usaha.

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Subsektor Peternakan
Angka tetap hasil pencacahan lengkap ST2013 di Indonesia menunjukkan bahwa jumlah usaha pertanian di subsektor peternakan sebanyak 12 969 210 usaha dikelola rumah tangga, 629 usaha dikelola perusahaan pertanian berbadan hukum, dan 2 247 usaha dikelola usaha pertanian lainnya.
Dibandingkan dengan hasil ST2003, jumlah usaha peternakan yang dikelola rumah tangga mengalami penurunan sebanyak 5 626 614 rumah tangga dan usaha yang dikelola perusahaan berbadan hukum mengalami kenaikan sebanyak 154 perusahaan.

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Subsektor Perikanan
Angka tetap hasil pencacahan lengkap ST2013 di Indonesia menunjukkan bahwa jumlah usaha pertanian di subsektor perikanan sebanyak 1 975 233 usaha dikelola rumah tangga, 394 usaha dikelola perusahaan pertanian berbadan hukum, dan 989 usaha dikelola usaha pertanian lainnya.
Dibandingkan dengan hasil ST2003, jumlah usaha perikanan yang dikelola rumah tangga mengalami penurunan sebanyak 514 448 rumah tangga dan usaha yang dikelola perusahaan berbadan hukum mengalami penurunan sebanyak 237 perusahaan.

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Subsektor Kehutanan
Angka tetap hasil pencacahan lengkap ST2013 di Indonesia menunjukkan bahwa jumlah usaha pertanian di subsektor kehutanan sebanyak 6 782 885 usaha dikelola rumah tangga, 678 usaha dikelola perusahaan pertanian berbadan hukum, dan 968 usaha dikelola usaha pertanian lainnya.
Dibandingkan dengan hasil ST2003, jumlah usaha kehutanan yang dikelola rumah tangga mengalami penurunan sebanyak 45 052 rumah tangga dan usaha yang dikelola perusahaan berbadan hukum mengalami penurunan sebanyak 52 perusahaan.

Tanaman Pangan Padi
Usaha Subsektor Tanaman Pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija. Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa rumah tangga tanaman pangan di Indonesia didominasi oleh rumah tangga yang mengelola tanaman padi. Jumlah rumah tangga usaha tanaman padi di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 14 147 942 rumah tangga, atau mengalami penurunan sebanyak 58 413 rumah tangga (-0,41 persen) dibandingkan tahun 2003.
Sedangkan perusahaan pertanian berbadan hukum di Indonesia yang melakukan pengelolaan tanaman padi ada sebanyak 106 perusahaan, mengalami kenaikan sebanyak 37 perusahaan (53,62 persen ) dibandingkan tahun 2003.

Tanaman Pangan Palawija
Hasil ST2013, banyaknya rumah tangga usaha tanaman palawija di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 8 624 243 rumah tangga, atau mengalami penurunan sebanyak 2 317 676 rumah tangga (-21,18 persen) dibandingkan tahun 2003. Dan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Indonesia yang melakukan pengelolaan tanaman palawija ada sebanyak 6 perusahaan, jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 12 perusahaan (-66,67 persen) dibandingkan tahun 2003.
Petani Pengguna Lahan
Rumah tangga pertanian pengguna lahan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,50 hektar) dan rumah tangga bukan petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan 0,50 hektar atau lebih). Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga pengguna lahan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 25 751 267 rumah tangga, dengan jumlah rumah tangga pertani gurem sebanyak 14 248 864 rumah tangga .

Sapi dan Kerbau
Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 di Indonesia tercatat sebanyak 14 237 443 ekor, terdiri dari 12 689 939 ekor sapi potong, 437 984 ekor sapi perah, dan 1 109 520 ekor kerbau. Jumlah sapi dan kerbau betina lebih lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah sapi dan kerbau jantan. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi dan kerbau betina adalah sebanyak 9 619 835 ekor dan jumlah sapi dan kerbau jantan sebanyak 4 617 608 ekor.
Provinsi dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 3 837 734 ekor. Sedangkan Provinsi DKI Jakarta adalah provinsi dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (4 997 ekor).

Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga
Lahan pertanian merupakan salah satu modal dalam usaha di bidang pertanian. Berdasarkan hasil ST2013, rata-rata luas lahan pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga usaha pertanian di Indonesia mengalami mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan hasil ST2003. Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga hasil ST2013 adalah 8 925,64 m², dengan rata-rata luas lahan pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga usaha pertanian adalah sebesar 8 581,19 m², naik sebesar 144,51 persen dibandingkan hasil ST2003 yang tercatat sebesar 3 509,59 m².

Pendapatan Petani
Hasil ST2013 di Indonesia banyaknya rumah tangga pertanian yang mempunyai sumber pendapatan utama dari usaha tanaman padi dan palawija ada sebanyak 8 606 316 rumah tangga, hortikultura 1 254 599 rumah tangga, perkebunan 4 721 105 rumah tangga, peternakan 960 773 rumah tangga, perikanan 670 279 rumah tangga, kehutanan 256 363 rumah tangga, dan jasa pertanian 84 280 rumah tangga.
Pada usaha padi dan palawija, jumlah rumah tangga di Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang paling banyak dibandingkan provinsi lainnya, yaitu sebesar 1 917 572 rumah tangga.

Berdasrakan Tinjauan Keruangan struktur ekonomi indonesia termasuk jenis struktur ekonomi adalah kedesaan/tradisional. Jelas ini terbukti dari indonesia yang saat ini masih berjulukan sebagai negara berkembang. Disamping itu pemanfaatan teknologi memang sudah berkembang di pedasaan nama walaupun sudah adanya perkembangan tersebut masyarakat masih belum dapat mengoptimalkan hasil panennya. Contoh real, didusun bibis, desa hargowilis, kecamata kokap kulon progo masih susah dalam pemanfaatan teknologi pertanian karena didesa ini air saja masih menjadi kebutuhan pokok, serta kebanyakan warga desa menjadi pengangguran musiman saat musim kemarau tiba. Padahal dari pemerintah sendiri sudah menyediakan pipa air, namun karena terkendala biaya maka air tersebut hanya tercukupi untuk kebutuhanseharai-hari. Hal dapat kita simpulkan bahwa penyebaran teknologi di Indonesia masih belum merata, jadi belum bisa kita sebut sebagai modern. Karena jika sistem kita sudah maju tentu anatara wilayah desa dan kota saling melengkapi dalam kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan Tinjauan Penyelenggaraan Kenegaraan struktur ekonomi Indonesia adalah
Berdasarkan analisis dari hasil abstrak (bps.go.id, 2015) dapat disimpulkan bahwa struktur ekonomi indonesia adalah egaliter atau rakyat. Walaupun yang mengatur itu pemerintah namun yang melaksanakan tugas dalam pemenuhan kebutuhan adalah rakyat. Kebanyakan rakayat di Indonesia masih berbentuk pedesaan dan masih terisoler oleh teknolgi akibatnya jumlah hasil ditentukan oleh cuaca jika cuaca dan iklim bagus maka hasil hasil pertanian dan lain lain akan menjadi bagus namun jika cuaca juga tidak mendukung maka hasil pertanian akan turun seperti dikuti pada data bps sebagai berikut
Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan sebelumnya turun sebesar 0,18 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan ini diwarnai oleh faktor musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 14,63 persen.

  • Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta atau US$3,531.5.
  • Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen.
  • Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,01 persen melambat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.
  • Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
  • Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar 4,66 persen.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa indoneisa adalah struktur berekonomi egaliter atau rakyat.

Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2015 mencapai Rp2.724,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.157,5 triliun.

Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014 tumbuh 4,71 persen (y-on-y) melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,53 persen. Dari sisi Pengeluaran oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 5,01 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan sebelumnya turun sebesar 0,18 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan ini diwarnai oleh faktor musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 14,63 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran lebih disebabkan terkontraksinya kinerja investasi (minus 4,72 persen) dan ekspor (minus 5,98 persen).

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan I-2015 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,30 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,56 persen, dan Pulau Kalimantan 8,26 persen.


Berdasarkan Birokrasi Pengambilan Keputusan struktur ekonomi Indonesia dapat digolongkan menjadi sistem ekonomi Sentralisasi. Seperti pada UUD 45 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi indonesia dalah negera hukum jadi dapat kita simpulkan bahwa yang mengatur semua perekonomian indonesia adalah pemerintah. Dengan pemerintah menguasai di struktur ekonomi yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak seperti listrik, dan bahan bakar. Namun juga di bantu oleh swasta dan rakyat sebagai tokoh utama dalam pergerakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar